Pernahkah Anda terpikirkan jika cinta anak melebihi kasih seorang Ibu?
Kebanyakan orang berpikir bahwa kasih Ibu lah yang paling besar kepada anaknya. Namun, pada kisah kali ini menceritakan tentang cinta seorang anak kepada orang tuanya kepada Ibunya yang sudah meninggalkannya namun tetap ingat dan cinta kepada Ibunya yang sudah meninggalkan dirinya.
Kisah ini akan mengajak kita untuk lebih mencintai orang tua kita terutama Ibu yang sudah melahirkan kita.
Mary, adalah seorang Ibu yang memiliki sifat buruk. Dia memiliki sifat pemarah, egois, dan tinggi hati. Si Ibu (Mary) tersebut baru melahirkan dan mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama
Eric. Anak tersebut wajahnya lumayan tampan namun agak terlihat bodoh.
Sam, nama seorang suami dari Ibu dan yang telah memberikan nama "
Eric" kepada si anak tersebut..
Ibunya berpikir, bahwa semakin hari bahwa semakin jelas kelihatan bahwa anak tersebut terbelakang. Ibu tersebut berniat memberikannya kepada orang lain. Namun, Sam mencegah niat buruk si Ibu tersebut. Karena itu, si Ibu dengan terpaksa membesarkannya juga.
Eric yang waktu itu berumur baru 2 tahun, si Ibu lalu melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Si Ibu menamainya
Angelica. Ibu lebih senang menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali mereka mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.
Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun si Ibu selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga mereka menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya si Ibu mengambil tindakan yang akan membuat ia menyesal seumur hidup. Si Ibu dengan teganya pergi meninggalkan kampung kelahiran mereka beserta Angelica. Eric yang sedang tertidur lelap ditinggalkan begitu saja. Kemudian mereka (Ibu dan Angelica) tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar hutang. Waktu telah berlalu, setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, kejadian itu telah berlalu.
Si Ibu telah menikah kembali dengan seorang pria yang bernama Brad, seorang pria dewasa. Usia Pernikahan mereka telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat buruk si Ibu yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah berumur 12 tahun dan mereka menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya.
Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar di kepala si Ibu. Waktu itu menyadari betapa jahatnya perbuatannya dulu. Tiba-tiba bayangan Eric melintas kembali di pikiran si Ibu. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric, itulah yang tertanam di benak pikiran si Ibu. Sore itu mereka memarkir mobil biru di samping sebuah gubuk, dan Brad dengan pandangan heran menatap si Ibu dari samping. “Mary, apa yang sebenarnya terjadi?”
Dengan terisak-isak, Si Ibu menceritakan apa yang terjadi pada 10 tahun yang lalu. Ternyata Tuhan sungguh baik kepada si Ibu. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Si Ibu menangis karena memikirkan anaknya, ia keluar dari mobil diikuti Brad dari belakang. Mata si Ibu menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapannya. Ia mulai teringat betapa gubuk itu pernah ditinggalinya, Ia teringat pada Eric. Namun disana kelihatan di ada siapapun, hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Si Ibu mengambil sepotong kain tersebut dan memperhatikan dengan seksama dan akhirnya ia mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya. Ia kaget melihat suasana gubuk tersebut yang terlihat gelap. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.
Ternyata ia seorang wanita tua. Si Ibu kaget karena wanita tua tersebut menegurnya dengan suaranya yang parau.
“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”
Dengan memberanikan diri, Si Ibu balik bertanya, “Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?” Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega, Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega, Saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama Saya. Walaupun Saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun Saya tidak akan meninggalkan anak Saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”
Si Ibu lalu membaca isi surat itu ...
“Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…? Mommy marah sama Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…”
Si Ibu menjerit histeris ketika membaca surat itu. Lalu si Ibu berkata “Bu, tolong katakan… katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang! Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!”
Brad memeluk tubuh si Ibu yang bergetar keras.
Si wanita tua tadi lalu berkata “Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana… Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana.”
See ... Seorang anak yang sudah 10 tahun lamanya masih mencintai Ibunya. Kita harus belajar mulai dini untuk mencintai orang tua kita terutama Ibu kita yang sudah melahirkan kita.